Setiap pasangan suami istri harus mengedepankan sendi-sendi kebahagiaan dalam sebuah pernikahan. Sendi-sendi kebahagiaan tersebut diantaranya:
Memiliki agama yang kuat
Beberapa sendi kebahagiaan suami istri yang paling utama ada pada agama Allah. Yakni saling mengetahui hak masing-masing pasangan. Jika pasangan suami istri saling memenuhi dan menunaikan kewajiban tersebut maka kehidupan mereka akan sesuai dengan apa yang diharapkan, yaitu hidup bahagia dalam kedamaian dan kententraman. Akan tetappi, jika masing-masing pihak mengabaikan aspek agama, dan hanya tunduk pada akal dan nafsu mereka serta saling melalaikan hak masing-masing, maka dari sinilah awal datangnya perselisihan. Jadi, agama yang ada dalam diri masing-masing suami istri akan menjadi pondasi kebahagiaan yang hakiki.
Cinta dan kasih sayang
Cinta merupakan kebahagiaan pertama. Tanpa adanya rasa cinta atau pudarnya rasa cinta dari kedua belah pihak, maka akan menghilangkan sebuah kepedulian, kepercayaan, kesetiaan dan yang pasti menghancurkan sebuah impian dalam mewujudkan kehidupan yang bahagia. Menurut Hammad bin Rawiyah, cinta merupakan sebatang pohon dengan pikiran sebagai akarnya, ingatan sebagai pangkalnya, susah tidur sebagai cabangnya, penderitaan sebagai daunnya dan kematian sebagai buahnya.
Oleh karenanya, ambillah pelajaran, nasihat, contoh-contoh keteladanan dari kehidupan Nabi dan juga para istrinya. Ketahuilah bahwa cinta akan mengikat kalian berdua dengan ikatan yang sangat kuat sampai mati.
Rasa cemburu yang wajar
Cinta bisa mengantarmu pada rasa cemburu buta. Namun rasa cemburu bukanlah sesuatu yang dilarang. Justru cemburu terhadap pasangan suami istri merupakan suatu hal yang sangat mutlak dibutuhkan. Orang yang berakal sehat akan memberikan rasa cemburu yang wajar dan beralasan. Dari Jabir bin Abdullah ra. “Sesungguhnya diantara kecemburuan terdapat kecemburuan yang dibenci Allah yaitu cemburunya seorang laki-laki terhadap istrinya dengan tidak berdasar“. (HR. Abu Dawud, an-Nasa’i dan Ibnu Hibban). Dari Ali bin Abi Thalib berkata, “Jangan terlalu banyak cemburu kepada istrimu sehingga dia akan dituduh jelek karena dirimu“. Sedangkan cemburu yang terpuji sangat dianjurkan dan diperintahkan dalam Islam.
Kerja sama yang baik
Bekerja sama yang baik dalam segala urusan rumah tangga atau keluarga merupakan salah satu sendi kebahagiaan. Sebab, terwujudnya kebahagiaan rumah tangga tergantung pada tingkat pengertian dan kerja sama antara suami istri. Sebuah keluarga yang tidak diiringi dengan kerja sama yang baik, pada kenyataannya adalah keluarga sakit yang hanya menambah penyakit dan penderitaan bagi kemanusiaan. Oleh karenanya, bekerja sama dalam suka maupun duka akan menjadikan ketenangan dan kebahagiaan bagi keduanya.
Jangan bakhil dan boros
Bakhil atau pelit dengan hemat itu berbeda maknanya. Banyak orang yang menge-judge dengan stempel bakhil, padahal maksud dari seseorang itu bukanlah bakhil atau pelit, melainkan hemat dengan apa yang dimilikinya. Hemat merupakan hal yang sangat dianjurkan oleh agama. Menghambur-hamburkan uang hanya untuk kesenangan semata, dihabiskan hanya untuk isi perut, dan lain-lain yang tidak ada manfaatnya justru itulah yang di benci oleh Allah SWT. Karena Allah memerintahkan untuk makan sekedarnya, tidak kelaparan dan tidak kekenyangan. Allah memerintahkan untuk makan yang sehat dan cukup tidak lain hanyalah untuk bekal ibadah. Jika sakit, maka ibadah pun akan berkurang. Allah tidak menyukai pasangan yang bakhil dan boros. Dalam artian, bakhil mengeluarkan harta demi pendidikan anak, demi kelancaran ibadah, dan kebahagiaan untuk keluarganya juga boros dalam membelanjakan hartanya.
Oleh karenanya, berikanlah nafkah kepada keluarga dengan baik dan sesuai ketentuaan. Nafkah yang paling baik yang diberikan kepada anak istri adalah seperti yang disebutkan oleh Rasulullah SAW dalam sabdanya, yang artinya: “Diantara satu dinar yang engkau belanjakan di jalan Allah, satu dinar yang kau infakkan untuk membebaskan budak, satu dinar yang kau sedekahkan kepada orang miskin, satu dinar yang kau belanjakan untuk keluargamu, maka yang paling baik dan paling besar pahalanya ialah yang engkau belanjakan untuk keluargamu“.
Sodaqoh terbesar pahalanya ialah nafkah terhadap keluarganya. Jadi, janganlah pelit untuk mengeluarkan harta untuk kebutuhan anak dan istrimu, karena sesungguhnya, disitulah Allah akan memberikan pahala yang luar biasa kepadamu.
Abu bakar pernah berkata, “Sesungguhnya aku tidak senang kepada anggota keluarga yang membeli belanjaan untuk beberapa hari, namun dihabiskan dalam waktu sehari“. Disinilah peran suami istri untuk mengontrol keborosan dalam rumah tangga.
Lemah lembut
Agar kebahagiaan terus berlangsung didalam keluarga muslim, maka haruslah bersikap lemah lembut dalam perkataan dan perbuatan. Islam datang untuk memerangi kekasaran dan kekerasan terhadap manusia secara umum dan terhadap istri serta keluarga secara khusus. Barang siapa yang mengharamkan kelembutan, berarti dia telah mengharamkan seluruh kebaikan. Jangan kasar terhadap pasangan, baik itu ucapan ataupun perbuatan. Karena sesungguhnya Islam tidak mengajarkan kekasaran dan kekerasan baik dalam perkataan maupun perbuatan.
Meminimalisir masalah
Cara terbaik dalam memperoleh kebahagiaan ialah dengan meminimalisir dan melokalisir malasah agar tidak sampai keluar rumah. Suami istri harus mencari solusi terhadap segala problematika yang dihadapi. Jika seorang suami ingin mendapatkan kebahagiaan dan ketentraman rumah tangga, maka ia harus menjadi laki-laki teladan yang mampu mengatasi segala bentuk permasalahan dan perselisihan yang terjadi diantara dirinya dan istrinya.
Ketujuh sendi kebahagiaan tersebut tidak akan tercapai jika kedua belah pihak tidak menanamkannya dengan baik. Oleh karenanya, jika ingin rumah tangganya penuh dengan kebahagiaan, maka dari sinilah awal proses yang harus kita bangun.
Sumber : catatanmuslimah.com
0 Response to "7 Sendi Kebahagiaan Suami Istri Dalam Pandangan Islam"
Post a Comment