Dalam menentukan pasangan hidup, tentunya diawal pernikahan kita harus benar-benar meluruskan niat kita. Agar nantinya lebih mudah dalam berkomunikasi dan menentukan arah dan langkah hidup selanjutnya, agar tercipta rumah tangga yang sakinah mawaddah wa rahmah.
Laut terkadang tenang, tetapi seringkali tidak bersahabat. Jika demikian, berlayar pun menjadi tidak mudah. Lautan juga kadang tiba-tiba muncul ombak besar yang mengombang-ambingkan perahu yang sedang berlayar.
Jika lepas kontrol dan tidak bisa mengendalikan, perahu tersebut bisa pecah berantakan. Memang banyak hambatan dan ancaman ditengah lautan, tetapi perahu harus tetap berlayar. Di perairan yang tenang sekalipun, bahaya tetap mengancam.
Sikap berhati-hati sangat diperlukan dalam mengendalikan perahu, sehingga meski diterpa badai, perjalanan pun diharapkan akan lancar dan selamat sampai tujuan.
Perumpamaan diatas tepat untuk melukiskan perjalanan rumah tangga. Pernikahan merupakan hal yang sangat penting bagi kebanyakan orang. Semua orang berharap akan dapat hidup bahagia dengan pernikahan, sehingga wajar jika pernikahan disambut dengan suka cita, dengan harapan agar pernikahan tersebut langgeng dan menjadi keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah.
Namun dalam kenyataan, terkadang kehidupan rumah tangga tidak berjalan mulus. Ketika tidak ada kecocokan suami istri, rumah tangga laksana neraka. Keadaannya tidak beda dengan perahu ditengah lautan dan diterpa badai, terombang-ambing gelombang besar tanpa arah yang jelas.
Kehidupan rumah tangga memang unik. Ia menyatukan dua orang yang memiliki perbedaan untuk hidup bersama dalam waktu yang lama, bergaul sepanjang hari, siang malam. Setiap pasangan kebanyakan mempunyai kebiasaan, karakter dan kecendrungan yang berbeda.
Bisa jadi perbedaan tersebut tidak tampak sebelumnya karena tertutup oleh rasa cinta atau hal lain. Bisa juga perbedaan itu muncul ditengah jalan karena bertambahnya pergaulan atau berkembangnya cara berpikir salah satu atau keduanya. Pada gilirannya, sangat mungkin terjadi perselisihan, bahkan mungkin hal yang sangat dibenci oleh Allah, yakni perceraian.
Walaupun pada saat pernikahan telah terucap janji untuk saling menghargai, menyayangi dan melindungi. Tapi kadang kesepakatan tersebut seringkali dilanggar begitu saja. Rasa cinta dan kasih sayang yang mendasari pernikahan hilang begitu saja. Hal ini dikarenakan perbedaan karakter dan kecenderungan yang menjadi bawaan masing-masing, sehingga timbullah perselisihan.
Ketdakstabilan rumah tangga tentu harus diperkecil, syukur kalau bisa dihapuskan, tetapi tidak dengan cara mendominasi pasangannya. Disamping tidak manusiawi, itu tidak akan menyelesaikan masalah, sebab hanya menghasilkan ketentraman semu. Bisa jadi pasangannya justru malah menderita.
Penyelesaian lebih adil masih dimungkinkan, jika yang dikembangkan adalah komunikasi dan timbal balik, dimana tidak ada pihak yang lebih dominan. Tentu ini membutuhkan kerja keras dan kemauan kedua belah pihak.
Masing-masing harus memberi kesempatan dan memfasilitasi pasangannya untuk berbicara secara kritis, mengajukan keberatan, dan sekaligus bersedia mendengarkan.
Akhirnya, jika dilihat dari sudut hak dan kewajiban, perkawinan merupakan kontrak sosial. Suami memikul kewajiban yang memunculkan hak, sebagaimana istri memiliki hak yang lahir dari kewajibannya, hal itu berpengaruh terhadap hak yang dimilikinya, dan sebaliknya menjadi hak pihak lain untuk menggugatnya.
Suami harus selalu membicarakan suatu sikap yang akan dilakukannya terhadap istri, sehingga istri dapat memberikan tanggapan dan saran kepada suaminya, walaupun pada akhirnya pengambil keputusan adalah suami sebagai kepala rumah tangga.
Begitu pula istri harus memberi izin suami bila akan membelanjakan harta untuk suatu keperluan, dengan begitu suami akan merasa senang dengan keterbukaan istri dan tidak akan ada rasa saling curiga antara keduanya. Itulah manfaat dari saling komunikasi antara suami dan istri.
Sumber: kesyurgabersamamu.blogspot.co.id
0 Response to "Usahakan Selalu Berkomunikasi Dengan Pasangan Hidup, Ini Manfaatnya"
Post a Comment